Teruntuk kamu, kekasihku.






Dulu, aku tak pernah berharap dirimu untuk menetap. Aku hanya menganggapmu tempat persinggahan sesaat ketika lukaku masih basah oleh dia yang telah enyah. Hadirmu, kuanggap sebagai penghibur semata, sampai tiba di suatu titik aku benar-benar merasa kau begitu istimewa. Kau kian merasuk memenuhi ruang otakku, menyelinap dalam setiap jengkal nafasku, dalam setiap denyut nadiku.
Hadirmu bukan lagi kuanggap sebagai penghibur semata, namun lebih dari itu―kau mampu menjadi pelengkapku, menjadi penerang saat hatiku tengah suram, menjadi pelangi setelah hujan badai menyelimuti.

Aku berterima kasih padamu, kekasihku.
Telah mencintaiku tanpa ku pinta, telah menerimaku apa adanya.
Sungguh, kau harus tahu, aku bukanlah gadis rupawan seperti teman-temanmu kebanyakan, pun bukan gadis terlahir kaya bergelimang harta. Aku hanyalah gadis sederhana yang hanya mampu mencintaimu secara sederhana pula. Aku hanyalah gadis pendiam yang hanya berani mengungkapkan perasaan lewat tulisan. Ya, aku bukanlah gadis masa kini yang gemar berfoto selfie di kaca toilet pusat perbelanjaan, atau yang gemar memamerkan kehidupan mewah di akun media sosial. Bukan, aku bukan seperti perempuan kebanyakan. Namun satu hal yang juga harus kau tahu, aku mencintaimu dengan penuh kesungguhan. 

Aku ingin menua bersamamu, aku ingin kita selalu berjalan beriringan sembari bergandengan tangan, bercanda tawa bersamamu beserta buah hati kita adalah impian yang selalu ku semogakan, mendekapmu erat sampai akhir hayat adalah doa yang tiada henti ku rapalkan di sepanjang malam.

Tak dapat di pungkiri bahwa pertengkaran kerap terjadi, aku pernah hampir menyerah saat sudah jauh melangkah, demikian pula denganmu. Namun kemudian kita sama-sama menyadari, saling berbenah diri, lalu menepikan ego yang sempat mendekam dalam diri.
Aku ingin kita menjadi sepasang. Sepasang insan yang tak pernah berkeinginan untuk berjalan berbeda arah hingga kemudian terpecah. Sepasang insan yang menikmati hari senja berdua walau mata dan telinga tak lagi bekerja sebaik sedia kala.

Kekasih, dimanapun kau berada, ketahuilah namamu selalu kusematkan dalam setiap perbincanganku dengan Tuhan.

Aku telah, masih, dan selalu jatuh hati padamu.




Tertanda,

Aku, gadismu.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku pamit

Kamu, apa kabar?